Pada abad ke 14 M orang Minangkabau di Pulau Sumatera merantau di Negeri Sembilan melalui Melaka dan sampai ke Rembau. Setelah orang Minangkabau mendatangi di Negeri Sembilan, Orang Asli Negeri Sembilan
ini berhasil menarik perhatian oleh orang asli. Dengan itu berlakulah nikah
kawin antara orang Minangkabau ini dengan penduduk asli dan keturunannya dinamakan suku Biduanda. Suku Biduanda
ini adalah pewaris asal Negeri Sembilan dan apabila hendak memilih
pemimpin maka hanya mereka dari suku Biduanda inilah yang akan dipilih.
Kedatangan orang-orang Minangkabau banyak berasal dari kampung asal mereka. Kebanyakan berasal dari Tanah Datar dan Payakumbuh. Orang asli Negeri Sembilan terdapat suku asli wilayah tersebut seperti suku Sakai, Semang dan Jakun. Mereka hidup berpindah pindah, memburu, mengambil hasil hutan dan ada yang hidup sebagai petani.
Sebelum terbentuknya Negeri Sembilan, negeri ini merupakan sebuah wilayah yang berada di bawah naungan pemerintahan
kesultanan Johor. Di wilayah tersebut, terdapat beberapa daerah yang dipimpin seorang penghulu dan dibantu oleh Datuk Lembaga. Penghulu yang menguasai setiap daerah yang
memperoleh mandat daripada Sultan Johor. Negeri Sembilan
dikatakan memiliki sejarah yang kompleks. Bukan saja dari
segi adat, akan tetapi ada dari segi geografi. Negeri Sembilan merujuk kepada Persekutuan Sembilan Negeri yang menjadi sebuah kesatuan politik. Berdasarkan salah satu catatan sejarah, Negeri
Sembilan pada awalnya dikatakan terdiri dari sembilan negeri yaitu Sungai Ujong, Rembau, Johol, Jelebu, Naning, Kelang
(kini Klang), Hulu Pahang, Jelai dan Hulu Muar. Dari
sembilan negeri itu, ada dua daerah yang menjadi permasalahan tentang kedudukannya
dalam Persekutuan Negeri Sembilan yaitu Hulu Pahang dan Jelai. Permasalahan
yang seringkali terjadi adalah antara jarak kedudukannya dengan daerah
lain di Negeri Sembilan yaitu daerah yang jauh dan daerah pinggiran.
Seringkali dinyatakan dalam sejarah, Melaka menguasai negeri Melayu. Begitu juga apabila kesultanan Johor meneruskan keagungan Kesultanan Melaka, Kesultanann Johor dapat menguasai negeri Melayu pula. Ketika Kesultanan Johor dalam keadaan lemah, negeri naungan Johor telah membebaskan diri dari kesultanan Johor. Pada tahun 1708 M, Putera Bendahara Padang Saujana, Tun Habib Abdul Majid yaitu Tun Zainal Abidin mengasaskan Kesultanan Terengganu dengan gelaran Sultan Zainal Abidin I.
Diikuti Selangor yang membebaskan diri dari Johor apabila Putera Yang Dipertuan Muda Johor, Daeng Chelak yaitu Raja Lumu mendapat Daulat dari Sultan Perak, Sultan Mahmud Shah. Raja Lumu kemudian mendirikan Kesultanan Selangor pada tahun 1766 M dengan gelaran Sultan Salehuddin Syah. Kelantan dan Negeri Sembilan turut sama membebaskan diri daripada naungan Johor sekitar tahun 1770 an M.
Tahun 1773 M merupakan tahun berdirinya Negeri Sembilan, apabila raja dari Pagaruyung yaitu Raja Melewar dijemput pembesar pembesar kerajaan Pagaruyung dan ditabalkan sebagai pemerintah dengan gelaran Yam Tuan atau Yang Dipertuan Besar.
Negeri Sembilan berpecah pada tahun 1869 M karena terjadi perebutan kuasa di antara putera Yam Tuan Besar Raja Radin, Tunku Antah dengan putera Yam Tuan Besar Raja Imam, Tunku Ahmad Tunggal, sekali gus menyebabkan berlakunya huru-hara di Rembau. Pada suatu kemudian, dilakukan oleh para pembesar untuk mencantumkan semula daerah yang berpecah, namun tidak berhasil. Proses itu hanya berhasil dilakukan pada tahun 1880 an M yang menyaksikan Gubernur Negeri negeri Selat, Frederick Weld memainkan peranan ke arah Negeri Sembilan sebagai sebuah unit politik.
Hubungan Minangkabau dengan Negeri Sembilan
Datuk Perpatih nan Sebatang pada zaman dahulu konon kabarnya sudah pernah berlayar dan sampai ke Melaka serta singgah di Negeri Sembilan.
Negeri Sembilan Sekarang
Negeri Sembilan termasuk salah satu negara bagian yang menjadi negara Federasi Malaysia. Sebelah selatan berbatasan dengan Melaka dan Johor, sebelah timur berbatasan dengan Pahang, sebelah utara berbatasan dengan Selangor dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Melaka.
Penduduk bangsa Melayu yang kira-kira seperempat juta itu sebahagian besar masih mempunyai hubungan dengan daerah asalnya yaitu Minangkabau. Masih banyak adat istiadat Minangkabau yang masih belum hilang oleh mereka dan sebagian masih dipergunakan dalam tata cara hidupnya. Malahan beberapa keterangan dan adat-adat yang di Minangkabau sendiri sudah dilupakan pada mereka masih tetap segar dan masih dipergunakan. Hubungan sejarah ini sudah dimulai pada pertengahan abad kelima belas.
Pantun mereka berbunyi :
Leguh legah bunyi pedati
Pedati orang pergi ke Padang
Genta kerbau berbunyi juga
Biar sepiring dapat pagi
Walau sepinggan dapat petang
Pagaruyung teringat juga
Negeri Sembilan merupakan sebuah kerajaan tetapi pemerintahannya berdasarkan Konstitusi yang disana dikatakan Perlembagaan Negeri. Badan Legislatifnya bernama "Dewan Perhimpunan/Perundingan Negeri yang mempunyai anggota 24 orang. Anggota-anggota ini dipilih oleh rakyat dalam Pemilihan Umum yang disini dikatakan : Pilihan raya.
Pelaksanaan pemerintahan dilaksanakan oleh Menteri Besar yang didampingi oleh 8 orang anggotanya yang bernama : "Anggota Majelis Musyawarah Kerajaan Negeri". Gelaran raja ialah Duli Yang Mahamulia Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan. Dalam tahun 1970 itu yang memerintah adalah Tuanku Ja'far ibni Almarhum Tuanku Abdul Rahman dan beliau adalah keturunan yang ke 11 dari Raja Malewar yang berasal dari Minangkabau dan memerintah antara tahun 1773 - 1795 M.
Pemerintahan Negeri Sembilan terbagi atas 6 daerah seperti kabupaten di Indonesia, yaitu: Seremban, Kuala Pilah, Port Dickson, Jelebu, Tampin dan Rembau. Ibukotanya adalah Seremban. Istana raja terdapat di ibukota Seremban ini bernama Istana Seri Menanti. Tetapi arsitekturnya tidak lagi dengan cara Minang melainkan sudah berkomposisi antara arsitektur Minang dan Melayu.
Kedatangan Minangkabau
Sebelum Negeri Sembilan bernama demikian di Melaka sudah berdiri sebuah kerajaan yang terkenal dalam sejarah. Dan pelabuhan Melaka menjadi pintu gerbang untuk menyusup kedaerah pedalaman tanah Semenanjung itu. Maka sebulum berdiri Negeri Sembilan datanglah rombongan demi rombongan dari Minangkabau dan tinggal menetap disini.
Rombongan Pertama
Mula-mula datanglah sebuah rombongan dengan pimpinan seorang datuk yang bergelar Datuk Raja dengan isterinya Tok Seri. Tetapi kurang jelas dari mana asal mereka di Minangkabau. Mereka dalam perjalanan ke Negeri Sembilan singgah di Siak kemudian meneruskan perjalanan menyeberang Selat Melaka terus ke Johor. Dari Johor mereka pergi ke Naning terus ke Rembau. Dan akhirnya menetap disebuah tempat yang bernama Londar Naga. Sebab disebut demikian karena disana ditemui kesan kesan alur naga. Sekarang tempat itu bernama Kampung Galau.
Rombongan Kedua
Pimpinan rombongan ini bergelar Datuk Raja juga dan berasal dari keluarga Datuk Bandaro Penghulu Alam dari Sungai Tarab. Rombongan ini menetap disebuah tempat yang kemudian terkenal dengan Kampung Sungai Layang.
Rombongan Ketiga
Rombongan ketiga ini datang dari Batusangkar oleh keluarga Datuk Makudum Sati di Sumanik. Mereka dua orang bersaudara yaitu Sutan Sumanik dan Johan Kebesaran. Rombongan ini dalam perjalanannya singgah juga di Siak, Melaka, dan Rembau. Kemudian membuat sebuah perkampungan yang bernama Tanjung Alam yang kemudian berganti dengan Gunung Pasir.
Rombongan Keempat
Rombongan ini datang dari Sarilamak (Payakumbuh), diketuai oleh Datuk Putih dan mereka menepat pada Sutan Sumanik yang sudah duluan membuka perkampungan di Negeri Sembilan ini. Datuk Putih terkenal sebagai seorang pawang atau bomoh yang ahli ilmu kebatinan. Beliaulah yang memberi nama Seri Menanti bagi tempat istana raja yang sekarang ini.
Kemudian berturut turut datang lagi rombongan lain-lainnya antaranya yang dicatat oleh sejarah Negeri Sembilan : Rombongan yang bermula mendiami Rembau datangnya dari Batu Hampar (Payakumbuh) dengan pengiringnya dari Batu Hampar sendiri dan dari Mungka. Nama beliau adalah Datuk Lelo balang. Kemudian menyusul lagi adik dari Datuk Lelo Balang bernama Datuk Laut Dalam dari Kampung Tiga Nenek.
Walaupun penduduk Negeri Sembilan mengakui ajaran-ajaran Datuk Perpatih nan Sebatang yang sangat populer disini tetapi mereka tidak membagi persukuan atas 4 bagian seperti di Minagkabau. Mungkin disebabkan situasi dan perkembangannya sebagai kata pepatah : Dekat mencari suku jauh mencari Hindu, maka suk -suku di Negeri Sembilan berasal dari luhak dari tempat datang mereka itu atau negeri asal datangnya.
Berdasarkan asal kedatangan mereka yang demikian terdapatlah 12 suku di Negeri Sembilan yaitu:
1. Tanah Datar
2. Batuhampar
3. Seri Lemak Pahang
4. Seri Lemak Minangkabau
5. Mungka
6. Payakumbuh
7. Seri Malanggang
8. Tigo Batu
9. Biduanda
10. Tigo Nenek
11. Anak Aceh
12. Batu Belang
Fakta-Fakta dan Problem
Sejarah Pada sebuah tempat yang bernama Sungai Udang kira-kira 23 mil dari Seremban menuju Port Dickson terdapat sebuah makam keramat. Disana didapati juga beberapa batu bersurat seperti tulisan batu bersurat yang terdapat di Batusangkar. Orang yang bermakam disana bernama Syekh Ahmad dan berasal dari Minangkabau. Ia meninggal dalam tahun 1467 M. Dan masih menjadi tebakan yang belum terjawab, mengapa kedatangan Sekh itu dahulu kesini dan dari luahk mana asalnya.
Raja Minangkabau
Dalam naskah pengiriman raja raja yang delapan orang antaranya dikirimkan ke Rembau, Negeri Sembilan bernama Malenggang Alam. Tetapi bilamana ditinjau sejarah negeri Sembilan raja Minangkabau pertama dikirimkan kesini Raja Mahmud yang kemudian bergelar Raja Malewar.
Raja Malewar memegang kekuasaan antara tahun 1773-1795 M. Beliau mendapat 2 orang anak Tengku Totok dan puteri bernama Tengku Aisah. Beliau ditabalkan di Penajis Rembau dan kemudian pindah ke istana Seri Menanti. Sehingga sekarang masih populer pepatah yang berbunyi :
Beraja ke Johor
Bertali ke Siak
Bertuan ke Minangkabau
Kedatangan beliau ke Negeri Sembilan membawa selembar rambut yang kalau dimasukkan ke dalam sebuah batil atau cerana akan memenuhi batil atau cerana itu. Benda pusaka itu masuh tetap dipergunakan bila menobatkan seorang raja baru. Yang mengherankan kenapa sesudah meninggalnya Raja Malewar dalam tahun 1795 tidak diangkat puteranya menjadi raja melainkan sekali lagi diminta seorang raja dari Minangkabau. Dan dikirimlah Raja Hitam dan dinobatlkan dalam tahun 1795 M. Raja Hitam kawin dengan puteri Raja Malewar yang bernama Tengku Aisyah sayang beliau tidak dikarunia putera.
Raja Hitam kawin dengan seorang perempuan lain bernama Encek Jingka. Dari isterinya itu beliau mendapat 4 orang putera/puteri bernama : Tengku alang Husin, Tengku Ngah, Tengku Ibrahim dan Tengku Alwi. Dan ketika beliau wafat pada tahun 1808 M mengherankan pula gantinya tidaklah diangkat salah seorang puteranya.
Tetapi sekali lagi dikirimkan perutusan ke Pagaruyung untuk meminta seorang raja baru. Dan dikirimlah Raja Lenggang dari Minagkabau dan besar kemungkinan inilah Raja Melenggang Alam yang dikirimkan dari Minangkabau dan tersebut dalam naskah pengiriman raja-raja yang delapan di Minangkabau.
Raja Lenggang memerintah antara tahun 1808-1824 M. Raja Lenggang kawin dengan kedua puteri anak raja Hitam dan mendapat putera dua orang bernama : Tengku Radin dan Tengku Imam. Ketika raja Lenggang meninggal dinobatkanlah Tengku Radin menggantikan almarhum ayah beliau. Dan inilah raja pertama Negeri Sembilan yang diangkat oleh Pemegang Adat dan Undang yang lahir di Negeri Sembilan. Dan keturunan beliaulah yang turun temurun menjadi raja di Negeri Sembilan. Raja Radin digantikan oleh adiknya Raja Imam (1861-1869 M). Dan selanjutnya raja-raja yang memerintah di Negeri Sembilan : Tengku Ampuan Intan (1869-1872 M), Yang Dipertuan Antah (1872-1888 M), Tuanku Muhammad (1888-1933 M), Tuanku Abdul Rahman (1933-1960 M), Tuanku Munawir (1960-1967 M), Tuanku Ja'far dinobatkan pada tahun 1967 M.
Terbentuknya Negeri Sembilan
Semasa dahulu kerajaan negeri Sembilan mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Minangkabau. Yang menjadi raja dinegeri ini asal berasal dari keturunan Raja Minangkabau. Istananya bernama Seri Menanti. Adat istiadatnya sama dengan Minangkabau, peraturan-peraturannya sebagiannya menurut undang-undang adat di Minangkabau. Mereka mempunyai suku-suku seperti orang Minangkabau tetapi berbeda cara pemakaiannya.
Perpindahan penduduk ini terjadi bermula pada abad ke 14 M yaitu ketika pemerintah menyarankan supaya rakyat memperkembang Minangkabau sampai jauh jauh diluar negeri. Mereka harus mencari tanah tanah baru, daerah daerah baru dan kemudian menetap didaerah itu. Setengahnya yang bernasib baik dapat menemui tanah kediaman yang subur dan membuka tanah dan membuat perkampungan disitu. Ada pula yang bersatu dengan rakyat asli yang ditemui merka dan menjadi pemimpin disana. Sudah tentu adat adat, undang undang, kelaziman dinegeri asalnya yang dipergunakannya pula dinegeri yang baru itu. Sebagai sudah diuraikan orang-orang Minangkabau itu menjalani seluruh daerah : ke Jambi, Palembang, Indragiri, Taoung Kanan dan Tapung Kiri, Siak dan daerah lainya. Sebagiannya menyeberangi Selat Melaka dan sampai di Negeri Sembilan.
Pada abad ke 16 M pemerintahan negeri mereka disana sudah mulai tersusun saja. Mereka mendirikan kerajan kecil-kecil sebanyak 9 buah dan kesatuan kerajaan kecil kecil itu mereka namakan Negeri Sembilan. Negara ini terjadi sewaktu Minangkabau mempersatukan kerajaan kerajaan kecil ini dan diperlindungkan dibawah kerajan Johor. Setelah negara kesatuan ini terbentuk dengan mufakat bersama dengan kerajaan Johor dimintalah seorang anak raja Pagaruyung untuk dinobatkan menjadi raja di Negrei Sembilan itu. Pada waktu itulah bermula pemerintahan Yang Dipertuan Seri Menanti.
Asal usul anak negeri disitu kebanyakan dari Luhak Lima Puluh Kota yaitu dari : Payakumbuh, Sarilamak, Mungka, Batu Balang, Batu Hampar, Simalanggang dan sebagian kecil dari Luhak Tanah Datar. Dari negeri negeri mana mereka berasal maka nama nama negeri itulah menjadi suku mereka. Sebagian tanda bukti bahwa rakyat Negeri Sembilan itu kebanyakan berasal dari Luhak Lima Puluh Kota sampai sekarang masih terdapat kata-kata adat yang poluler di Lima Puluh Kota : "Lanun kan datang merompak, Bugis kan datang melanggar". Kata kata adat ini sering tersebut dalam nyanyian Hikayat Anggun nan Tunggal Magek Jabang. Di tanah Melaka kata kata ini menjadi kata sindiran atau cercaan bagi anak anak nakal dan dikatakan mereka "anak lanun" atau anak perompak.
Kalau dibawa kepada jalan sejarah diatas tadi, maka yang dimaksud dengan "lanun" itu ialah perompak, rakyat dari Raja Daeng Kemboja yang hendak merampas Negeri Sembilan. Dan Bugis adalah nama negeri asal Daeng Kemboja tadi. Dan memang aneh, kata lanun yang jadi buah nyanyian oleh rakyat Lima Puluh Kota ini tidak dikenal oleh rakyat Luhak Agam dan sedikit oleh rakyat rakyat Luhak Tanah Datar. Karena memang fakta sejarah keturunan anak negeri Sembilan itu sebagian besar berasal dari Luhak Lima Puluh Kota. Nama suku-suku rakyat disana menjadi bukti yang jelas.
Oleh karena Sultan Johor sudah memberikan bantuannya dalam melindungi rakyat Negeri Sembilan ini dari jarahan lanun atau Daeng Kemboja, disebabkan ini pulalah Yang Dipertuan Pagaruyung memberikan bantuan kepada Sultan Johor dalam memberikan bantuan ikut bertempur di Siak untuk memerangi bangsa Aceh. Maka hubungan yang demikian rapat semenjak berabad-abad itu menjadikan hubungan antara negara yang akrab : Negeri Sembilan pada khususnya, Indonesia-Malaysia pada umumnya.
2. Batuhampar
3. Seri Lemak Pahang
4. Seri Lemak Minangkabau
5. Mungka
6. Payakumbuh
7. Seri Malanggang
8. Tigo Batu
9. Biduanda
10. Tigo Nenek
11. Anak Aceh
12. Batu Belang
Fakta-Fakta dan Problem
Sejarah Pada sebuah tempat yang bernama Sungai Udang kira-kira 23 mil dari Seremban menuju Port Dickson terdapat sebuah makam keramat. Disana didapati juga beberapa batu bersurat seperti tulisan batu bersurat yang terdapat di Batusangkar. Orang yang bermakam disana bernama Syekh Ahmad dan berasal dari Minangkabau. Ia meninggal dalam tahun 1467 M. Dan masih menjadi tebakan yang belum terjawab, mengapa kedatangan Sekh itu dahulu kesini dan dari luahk mana asalnya.
Raja Minangkabau
Dalam naskah pengiriman raja raja yang delapan orang antaranya dikirimkan ke Rembau, Negeri Sembilan bernama Malenggang Alam. Tetapi bilamana ditinjau sejarah negeri Sembilan raja Minangkabau pertama dikirimkan kesini Raja Mahmud yang kemudian bergelar Raja Malewar.
Raja Malewar memegang kekuasaan antara tahun 1773-1795 M. Beliau mendapat 2 orang anak Tengku Totok dan puteri bernama Tengku Aisah. Beliau ditabalkan di Penajis Rembau dan kemudian pindah ke istana Seri Menanti. Sehingga sekarang masih populer pepatah yang berbunyi :
Beraja ke Johor
Bertali ke Siak
Bertuan ke Minangkabau
Kedatangan beliau ke Negeri Sembilan membawa selembar rambut yang kalau dimasukkan ke dalam sebuah batil atau cerana akan memenuhi batil atau cerana itu. Benda pusaka itu masuh tetap dipergunakan bila menobatkan seorang raja baru. Yang mengherankan kenapa sesudah meninggalnya Raja Malewar dalam tahun 1795 tidak diangkat puteranya menjadi raja melainkan sekali lagi diminta seorang raja dari Minangkabau. Dan dikirimlah Raja Hitam dan dinobatlkan dalam tahun 1795 M. Raja Hitam kawin dengan puteri Raja Malewar yang bernama Tengku Aisyah sayang beliau tidak dikarunia putera.
Raja Hitam kawin dengan seorang perempuan lain bernama Encek Jingka. Dari isterinya itu beliau mendapat 4 orang putera/puteri bernama : Tengku alang Husin, Tengku Ngah, Tengku Ibrahim dan Tengku Alwi. Dan ketika beliau wafat pada tahun 1808 M mengherankan pula gantinya tidaklah diangkat salah seorang puteranya.
Tetapi sekali lagi dikirimkan perutusan ke Pagaruyung untuk meminta seorang raja baru. Dan dikirimlah Raja Lenggang dari Minagkabau dan besar kemungkinan inilah Raja Melenggang Alam yang dikirimkan dari Minangkabau dan tersebut dalam naskah pengiriman raja-raja yang delapan di Minangkabau.
Raja Lenggang memerintah antara tahun 1808-1824 M. Raja Lenggang kawin dengan kedua puteri anak raja Hitam dan mendapat putera dua orang bernama : Tengku Radin dan Tengku Imam. Ketika raja Lenggang meninggal dinobatkanlah Tengku Radin menggantikan almarhum ayah beliau. Dan inilah raja pertama Negeri Sembilan yang diangkat oleh Pemegang Adat dan Undang yang lahir di Negeri Sembilan. Dan keturunan beliaulah yang turun temurun menjadi raja di Negeri Sembilan. Raja Radin digantikan oleh adiknya Raja Imam (1861-1869 M). Dan selanjutnya raja-raja yang memerintah di Negeri Sembilan : Tengku Ampuan Intan (1869-1872 M), Yang Dipertuan Antah (1872-1888 M), Tuanku Muhammad (1888-1933 M), Tuanku Abdul Rahman (1933-1960 M), Tuanku Munawir (1960-1967 M), Tuanku Ja'far dinobatkan pada tahun 1967 M.
Terbentuknya Negeri Sembilan
Semasa dahulu kerajaan negeri Sembilan mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Minangkabau. Yang menjadi raja dinegeri ini asal berasal dari keturunan Raja Minangkabau. Istananya bernama Seri Menanti. Adat istiadatnya sama dengan Minangkabau, peraturan-peraturannya sebagiannya menurut undang-undang adat di Minangkabau. Mereka mempunyai suku-suku seperti orang Minangkabau tetapi berbeda cara pemakaiannya.
Perpindahan penduduk ini terjadi bermula pada abad ke 14 M yaitu ketika pemerintah menyarankan supaya rakyat memperkembang Minangkabau sampai jauh jauh diluar negeri. Mereka harus mencari tanah tanah baru, daerah daerah baru dan kemudian menetap didaerah itu. Setengahnya yang bernasib baik dapat menemui tanah kediaman yang subur dan membuka tanah dan membuat perkampungan disitu. Ada pula yang bersatu dengan rakyat asli yang ditemui merka dan menjadi pemimpin disana. Sudah tentu adat adat, undang undang, kelaziman dinegeri asalnya yang dipergunakannya pula dinegeri yang baru itu. Sebagai sudah diuraikan orang-orang Minangkabau itu menjalani seluruh daerah : ke Jambi, Palembang, Indragiri, Taoung Kanan dan Tapung Kiri, Siak dan daerah lainya. Sebagiannya menyeberangi Selat Melaka dan sampai di Negeri Sembilan.
Pada abad ke 16 M pemerintahan negeri mereka disana sudah mulai tersusun saja. Mereka mendirikan kerajan kecil-kecil sebanyak 9 buah dan kesatuan kerajaan kecil kecil itu mereka namakan Negeri Sembilan. Negara ini terjadi sewaktu Minangkabau mempersatukan kerajaan kerajaan kecil ini dan diperlindungkan dibawah kerajan Johor. Setelah negara kesatuan ini terbentuk dengan mufakat bersama dengan kerajaan Johor dimintalah seorang anak raja Pagaruyung untuk dinobatkan menjadi raja di Negrei Sembilan itu. Pada waktu itulah bermula pemerintahan Yang Dipertuan Seri Menanti.
Asal usul anak negeri disitu kebanyakan dari Luhak Lima Puluh Kota yaitu dari : Payakumbuh, Sarilamak, Mungka, Batu Balang, Batu Hampar, Simalanggang dan sebagian kecil dari Luhak Tanah Datar. Dari negeri negeri mana mereka berasal maka nama nama negeri itulah menjadi suku mereka. Sebagian tanda bukti bahwa rakyat Negeri Sembilan itu kebanyakan berasal dari Luhak Lima Puluh Kota sampai sekarang masih terdapat kata-kata adat yang poluler di Lima Puluh Kota : "Lanun kan datang merompak, Bugis kan datang melanggar". Kata kata adat ini sering tersebut dalam nyanyian Hikayat Anggun nan Tunggal Magek Jabang. Di tanah Melaka kata kata ini menjadi kata sindiran atau cercaan bagi anak anak nakal dan dikatakan mereka "anak lanun" atau anak perompak.
Kalau dibawa kepada jalan sejarah diatas tadi, maka yang dimaksud dengan "lanun" itu ialah perompak, rakyat dari Raja Daeng Kemboja yang hendak merampas Negeri Sembilan. Dan Bugis adalah nama negeri asal Daeng Kemboja tadi. Dan memang aneh, kata lanun yang jadi buah nyanyian oleh rakyat Lima Puluh Kota ini tidak dikenal oleh rakyat Luhak Agam dan sedikit oleh rakyat rakyat Luhak Tanah Datar. Karena memang fakta sejarah keturunan anak negeri Sembilan itu sebagian besar berasal dari Luhak Lima Puluh Kota. Nama suku-suku rakyat disana menjadi bukti yang jelas.
Oleh karena Sultan Johor sudah memberikan bantuannya dalam melindungi rakyat Negeri Sembilan ini dari jarahan lanun atau Daeng Kemboja, disebabkan ini pulalah Yang Dipertuan Pagaruyung memberikan bantuan kepada Sultan Johor dalam memberikan bantuan ikut bertempur di Siak untuk memerangi bangsa Aceh. Maka hubungan yang demikian rapat semenjak berabad-abad itu menjadikan hubungan antara negara yang akrab : Negeri Sembilan pada khususnya, Indonesia-Malaysia pada umumnya.