Senin, 08 Mei 2017

Kesultanan Sulu


     Pada tahun 1380, seorang ulama berketurunan Arab yaitu Karim ul Makdum memperkenalkan Islam di Kepulauan Sulu. Kemudian pada tahun 1390, Raja Bagindo yang berasal dari Minangkabau melanjutkan penyebaran Islam di wilayah Sulu. Dan hingga akhir hayatnya Raja Bagindo pun telah mengislamkan masyarakat Sulu sampai ke Pulau Sibutu.

      Kemudian dilanjutkan oleh seorang Arab dari Melayu Johor yaitu Sharif ul Hashim Syed Abu Bakar tiba di Sulu sekitar abad ke 13. Ia kemudian menikah dengan Paramisuli yaitu putri Raja Bagindo. Setelah kematian Raja Bagindo, Abu Bakar akan melanjutkan pengislaman di wilayah ini. Pada abad ke 13 , ia mendirikan Kesultanan Sulu dan memakai gelar "Paduka Maulana Mahasari Sharif Sultan Hashim Abu Bakar" dan Gelar "Paduka" tersebut adalah gelar setempat yang berarti tuan sedangkan "Mahasari" bermaksud adalah "yang dipertuan".

      Pada abad ke 18, Kesultanan Melayu Brunei menganugerahkan bagian timur Sabah kepada Kesultanan Sulu atas bantuan mereka menumpas pemberontakkan di Brunei. Pada abad yang sama, Kesultanan Sulu pun menganugerahkan Pulau Palawan kepada Sultan Qudarat dari Kesultanan Maguindanao sebagai hadiah perkawinan Sultan Qudarat dengan puteri Sulu dan juga sebagai hadiah persekutuan Maguindanao dengan Sulu. Sultan Qudarat kemudian menyerahkan Palawan kepada Penjajahan Spanyol yang sekarang berada di Filipina Selatan.

      Ibukota Kesultanan Sulu berada di Jolo, Pulau Jolo, Filipina.

Tidak ada komentar:

Baca Artikel Lainnya